Rabu, 27 Agustus 2014

Pengertian Depth of Field atau DOF

Fotografi, area ini bisa besar, bisa juga kecil. Bila kita melihat foto pemandangan di mana gambar terlihat tajam dari ujung ke ujung, itu berarti depth of field nya besar. Kalau kita melihat foto closeup di mana hanya obyeknya saja yang tajam sementara latar depan dan latar belakangnya tampak blur, maka depth of field nya lebih kecil.

Semakin besar depth of field, semakin besar area di foto yang tampak tajam. Semakin kecil depth of field semakin sempit area di foto yang tajam.

Lalu bagaimana mengatur depth of field ketika memotret?

Depth of field bergantung pada tiga faktor: jarak obyek, panjang lensa, dan besar kecil bukaan lensa (aperture). Jadi kalau jarak sama, dan lensa yang dipakai sama, maka untuk mengubah depth of field kita harus mengatur besar-kecil aperture.

Bicara besar kecil aperture sampailah kita ke istilah f-stop, atau f-number. Pernah dengar kan? Angka f-stop yang lazim misalnya f/4, f/16 atau f/22. Ini dia yang dimaksud dengan besar kecil aperture. Tidak usah bingung, ini rumus sederhana yang bunyinya: panjang fokus (f) dibagi dengan diameter aperture. Semakin besar angka diameter aperture, semakin kecil-lah nilai f-number kita (ya iya lah, angka pembagi makin besar, ya hasil pembagiannya jadi makin kecil)

Teorinya: semakin besar f-number, depth of field akan makin besar, semakin kecil f-number, depth of field makin kecil.

Jadi: Semakin besar f-number, semakin banyak area yang tajam, semakin kecil f-number, semakin sedikit area yang tajam.

Memakai f/16 atau f/22 misalnya, akan membantu untuk memotret pemandangan, karena dari ujung ke ujung gambar akan kelihatan tajam. Untuk gambar yang sama, memakai f/4 atau f/2.8 akan membantu untuk mengisolasi suatu obyek tertentu di dalam gambar, agar menjadi lebih dominan dari sekelilingnya.

Ah, ini sih hanya buat SLR. Kamera poket tidak bisa.

Siapa bilang? Di kamera digital yang mini pun tersedia fasilitas Aperture Priority. (Tentu hasilnya tidak sama dengan SLR, karena di kamera mini kita tidak bisa gonta-ganti lensa. Ingat di atas, depth of field juga bergantung pada panjang lensa).

Konsep Exposure Pada Kamera

Pengertian konsep exposure Ketiga elemen tersebut adalah:
  • ISO – ukuran seberapa sensitif sensor kamera terhadap cahaya
  • Aperture – seberapa besar lensa terbuka saat foto diambil
  • Shutter Speed – rentang waktu “jendela’ didepan sensor kamera terbuka
Interaksi ketiga elemen inilah yang disebut exposure. Perubahan dalam salah satu elemen akan mengakibatkan perubahan dalam elemen lainnya.

Perumpamaan Segitiga Exposure

Mungkin jalan yang paling mudah dalam memahami exposure adalah dengan memberikan sebuah perumpamaan. Dalam hal ini saya menyukai perumpamaan segitiga exposure seperti halnya sebuah keran air.
  • Shutter speed bagi saya adalah berapa lama kita membuka keran.
  • Aperture adalah seberapa lebar kita membuka keran.
  • ISO adalah kuatnya dorongan air dari PDAM.
  • Sementara air yang mengalir melalui keran tersebut adalah cahaya yang diterima sensor kamera.
Tentu bukan perumpamaan yang sempurna, tapi paling tidak kita mendapat ide dasarnya. sebagaimana anda lihat, kalau exposure adalah jumlah air yang keluar dari keran, berarti kita bisa mengubah nilai exposure dengan mengubah salah satu atau kombinasi ketiga elemen penyusunnya. Anda mengubah shutter speed, berarti mengubah berapa lama keran air terbuka. Mengubah Aperture berarti mengubah seberapa besar debit airnya, sementara mengubah seberapa kuat dorongan air dari sumbernya.

Pengertian Aperture

Pada postingan saya kali ini akan saya jelaskan mengenai aperture. Aperture adalah besarnya bukaan dari lubang diafragma pada lensa kamera. Aperture mendefinisikan besarnya bukaan diafragma sebuah lensa. Gunanya untuk mengontrol cahaya yang masuk ke sensor pada kamera lewat bukaan pada lensa. Aperture mengacu pada ukuran lubang di lensa yang menentukan jumlah cahaya yang jatuh ke film atau sensor. Ukuran lubang (bukaan) dikendalikan oleh diafragma yang bisa disesuaikan mirip dengan pupil mata kita. Aperture mempengaruhi Exposure dan Depth of Field. Sama seperti shutter speed, ukuran bukaan merupakan setengah dari ukuran bukaan sebelumnya. Untuk mencapai hal ini, diafragma mengurangi diameter aperture dengan faktor 1,4 (akar kuadrat dari 2) sehingga permukaan aperture menjadi setengah kali lebih kecil.

Karena prinsip-prinsip dasar optik, ukuran aperture mutlak dan diameter tergantung pada panjang fokus (focal length). Sebagai contoh, diameter aperture 25mm pada lensa 100mm memiliki efek yang sama seperti diameter aperture 50mm pada lensa 200mm. Jika kita membagi diameter aperture dengan focal length, hasilnya sama dengan 1/4 pada contoh tersebut, terlepas dari focal length. Menggambarkan aperture sebagai pecahan dari focal length lebih praktis bagi para fotografer daripada menggunakan ukuran aperture mutlak. “Aperture relatif” ini disebut dengan f-number atau f-stop. Pada laras lensa, contoh 1/4 di atas ditulis sebagai f/4 atau F4 atau 1:4.

Dari situ dapat diketahui aperture berikutnya akan memiliki diameter yang 1,4 kali lebih kecil dari aperture sebelumnya, sehingga f-stop setelah f/4 akan f/4 x 1/1.4 atau f/5.6. Menurunkan ukuran aperture dari f/4 ke f/5.6 akan membagi dua jumlah cahaya yang masuk, terlepas dari focal length. Lensa modern menggunakan skala f-stop standar, yang merupakan urutan dari angka yang sesuai dengan faktor akar kuadrat dari 2 (atau 1,41), misalnya: f/1, f/1.4, f/2, f/2.8, f/4, f/5.6, f/8, f/11, f/16, f/22, f/32, f/45, f/64, f/90, f/128, dst. Nilai-nilai tersebut adalah hasil pembulatan agar lebih mudah untuk diingat. Urutan di atas dapat diperoleh dari:

 f/1 =f/1, f/1.4 =f/1.4, f/2 =f/2, f/2.8 =f/2.8




Semakin tinggi f-number, ukuran aperture akan semakin kecil (karena f-number adalah pecahan dari focal length).

Istilah pada lensa Nikon


  • Nikkor >>> Nama untuk lensa buatan Nikon.
  • AF-S >>> Lensa Nikon yang memiliki motor ‘SWM’ sehingga proses auto fokus dilakukan di lensa, bukan pada bodi kamera. Lensa AF-S diyakini lebih cepat dan akurat dalam urusan auto fokus dibanding lensa AF lainnya.
  • DX >>> Lensa Nikon khusus untuk DSLR Nikon berformat DX (memiliki sensor APS-C). Lensa ini memiliki lingkar gambar lebih kecil dari lensa Nikon lain, sehingga memiliki ukuran yang juga lebih kecil. Apabila lensa ini dipasang pada DSLR Nikon berformat FX seperti Nikon D3, maka akan terjadi vignetting.
  • G >>> Menyatakan ketiadaan aperture ring pada lensa. Pemilihan nilai aperture hanya bisa dilakukan melalui dial kamera (kamera SLR Nikon lama tidak kompatibel dengan lensa G ini).
  • VR >>> Vibration Reduction, teknologi stabilizer pada lensa untuk meminimalisir getaran tangan saat memotret pada kecepatan rendah. Dengan memakai lensa VR kemungkinan gambar blur dapat dihindari karena elemen VR akan mengkompensasi getaran, kemampuannya hingga 3-4 stop.
  • IF >>> Internal Focusing, proses auto fokus terjadi didalam lensa sehingga tidak ada bagian luar lensa yang berputar saat lensa mencari fokus. Ini memungkinkan penambahan filter tertentu pada bagian depan lensa.

  • SIC >>> Super Integrated Coating, lapisan khusus untuk menghilangkan flare saat lensa terkena cahaya matahari.
  • N >>> Nano crystal coat, lapisan lensa yang juga dipakai untuk mengurangi flare dan ghosting.
  • Asph >>> Aspherical lens, lensa khusus untuk mengurangi distorsi dan penyimpangan warna.
  • D >>> Distance information, untuk memberikan informasi tentang jarak objek ke kamera sehingga membantu kerja sistem Matrix metering dan iTTL flash.
  • DC >>> Defocus Control, untuk mengubah-ubah variasi bokeh sehingga foto portrait dapt memiliki background yang blurnya sesuai.
  • Micro >>> Istilah untuk lensa khusus makro.